Kamis, 28 Februari 2008

Bulan Dana Kathina

BULAN DANA, BULAN KATHINA

Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa (3x).
NATTHI CITTE PASANNAMHI APPAKA NAMA DAKKHINA.
Suatu pemberian tak pernah memiliki nilai yang kecil bila diberikan dengan kesungguhan hati.
Khuddakanikaya Vimanavatthu.

Sdr/i seDhamma yang berbahagia, setelah membaca Paritta dan bermeditasi, marilah kita se-karang mengarahkan perhatian dan konsentrasi guna mengadakan pembahasan dan perenungan Dhamma yang pada hari ini berjudul ‘Bulan Dana, Bulan Kathina’. Jadi sekali lagi Sdr/i sekalian, judul pembahasan dan perenungan Dhamma kita pada hari ini yaitu ‘Bulan Dana, Bulan Kathina’, karena berkenaan untuk menyambut bulan Kathina pada tahun ini.
Sdr/i sekalian, istilah ‘bulan dana’ pasti sudah biasa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Yang paling populer adalah bulan dana PMI, di mana pada saat itu PMI mengumpulkan dana dari masyarakat dengan berbagai cara. Ada yang menjual sticker lewat karcis tanda masuk di gedung-ge-dung pertunjukan; ada lagi yang dengan cara meminta sumbangan suka rela dari masyarakat; kemu-dian ada yang dengan cara mengedarkan map-map yang berisi formulir permohonan dana di seko-lahan-sekolahan; atau dengan cara-cara yang lainnya lagi. Sdr/i, kegiatan ini bersifat suka rela dan tidak memaksa. Namun, kalaupun dalam praktiknya ada petugas yang memaksa masyarakat untuk membeli sticker atau barang-barang lainnya tadi, itu merupakan masalah yang lain lagi.
Sdr/i yang berbahagia, di dalam agama Buddha, ternyata juga terdapat yang namanya bulan dana seperti itu walaupun maknanya tentu berbeda. Bulan dana di dalam agama Buddha ini tidak menggunakan istilah ‘bulan dana umat Buddha’ atau ‘bulan berdana bagi umat Buddha’ atau dengan istilah yang lainnya lagi, karena masa satu bulan yang merupakan bulan dana tersebut, sudah dikenal dengan istilah ‘bulan Kathina’ atau ‘masa Kathina’. Bulan Kathina ini selalu hadir antara bulan Ok-tober dan bulan Nopember, yakni setelah ‘masa Vassa’ berakhir. Pada saat tersebut adalah masa yang tepat bagi umat Buddha untuk memberikan dana kepada para bhikkhu yang telah menjalankan Vassa; dan tentang arti ‘masa Vassa’ ini Sdr/i, dahulu sudah pernah dijelaskan, dan nanti dapat dije-laskan lagi dalam diskusi Dhamma kita.
Sdr/i seDhamma sekalian, sebenarnya masa Kathina merupakan bulan terakhir dari musim hujan. Sang Buddha memberikan ijin kepada para bhikkhu bahwa satu bulan terakhir dari musim hujan merupakan waktu untuk mencari kain atau bahan jubah yang baru, guna mengganti jubah lama yang telah robek. Sdr/i sekalian, kalau dibayangkan, memang kehidupan di jaman Sang Bud-dha tentu tidak sama dengan kehidupan di jaman sekarang. Dalam kitab-kitab suci banyak dicerita-kan tentang kehidupan di jaman Sang Buddha ini. Ada orang yang kaya raya, ada raja yang menjadi sponsor atau yang menyokong kehidupan para bhikkhu, dan masih banyak lagi yang lainnya. Tentu saja tidak semua bhikkhu hidup dari bantuan orang kaya atau raja yang memerintah.
Sdr/i sekalian, para bhikkhu yang hidup di daerah yang makmur, yang didukung oleh orang kaya atau raja, tentu tidak akan kesulitan untuk mendapatkan empat kebutuhan pokok. Nampaknya umat Buddha pada jaman Sang Buddha ini selalu menyediakan empat kebutuhan pokok tersebut de-ngan baik. Tetapi, untuk jubah, para bhikkhu pada umumnya mengumpulkan kain-kain bekas pem-bungkus mayat. Kain pembungkus mayat ini dikenal dengan nama ‘pamsukula’. Kain-kain tersebut dikumpulkan dan dijahit menurut ketentuan yang ada untuk menjadi jubah. Pembuatan jubah ini bia-sanya dilakukan pada masa Kathina; dan untuk mewarnai serta memotong kain tersebut, diperlukan alat berupa bingkai untuk membentang kain jubah tersebut, bingkai ini juga dikenal dengan nama Kathina.
Sdr/i sekalian, masa Kathina merupakan satu kurun waktu yang cukup baik bagi umat Bud-dha untuk mempraktikkan perbuatan baik terutama dengan cara berdana. Mengapa demikian? Kare-na seperti yang sudah sering kita ketahui, bahwa ladang yang paling baik untuk menerima dana ada-lah Savgha atau persamuan para bhikkhu. Dalam Savghanussati atau perenungan terhadap kualitas Savgha dinyatakan demikian ‘lapangan untuk menanam jasa yang tiada taranya di alam semesta’. Tentu saja banyak juga tempat lain seperti panti asuhan, rumah jompo, dan sebagainya lagi yang juga merupakan tempat-tempat yang cukup baik atau pantas untuk menerima dana.
Sdr/i seDhamma, dalam masa satu bulan tersebut, umat memilih satu hari tertentu untuk me-rayakan upacara Kathina. Pemilihan hari tersebut tergantung dari umat sendiri, di samping juga ke-sediaan para bhikkhu yang akan menghadiri upacara Kathina yang diadakan itu.
Sdr/i sekalian, lalu apa saja yang bisa diberikan atau yang bisa didanakan kepada para bhik-khu pada saat upacara Kathina Puja ini? Sdr/i, pertanyaan ini sering muncul dan kadang-kadang menjadi pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh diri sendiri karena memang tidak tahu jawaban-nya. Sdr/i, untuk hal ini, dana yang dapat kita berikan adalah bisa berupa empat kebutuhan pokok para bhikkhu, yaitu: jubah atau bahan jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan. Empat ke-butuhan pokok tersebut merupakan kebutuhan minimal bagi semua orang. Tetapi, dalam hal ini, pe-ngertian memberikan kebutuhan berupa tempat tinggal di sini bukan berarti membawa rumah BTN atau rumah dengan sistem ‘knock down’ yang kini sedang populer itu. Bukan demikian! Pengertian tempat tinggal di sini berarti ‘kuti’ yang ada di vihara, yang merupakan sumbangan umat ketika da-lam pembangunannya.
Sdr/i sekalian, di samping itu, umat juga dapat memberikan keperluan yang lainnya seperti sabun, sikat gigi, handuk, pasta gigi, dan benda-benda lainnya yang masih bisa dikatakan untuk ke-perluan bhikkhu. Kemudian, banyaknya dana yang kita berikan kepada para bhikkhu tersebut juga tergantung pada pribadi kita sendiri, tergantung pada kerelaan kita, dan faktor-faktor lainnya yang ada di dalam batin kita sendiri.
Sdr/i seDhamma sekalian, akibat banyaknya umat Buddha yang merayakan Kathina ini, maka vihara-vihara yang cukup besar dan terkenal bisa menjadi seperti super market. Sabun, pasta gigi, sikat gigi, handuk, kain putih, dan sebagainya lagi menjadi sangat banyak. Tentu saja hal terse-but tidak semuanya digunakan oleh para bhikkhu, dan tentunya para bhikkhu juga tidak mungkin menjualnya kembali. Akhirnya, dana tersebut disalurkan kembali kepada umat yang memerlukan di daerah-daerah atau diserahkan ke panti asuhan. Oleh karena itu, akhirnya dalam beberapa tahun be-lakangan ini, umat lebih senang memberikan uang. Hal ini disebabkan karena umat tidak tahu ten-tang apa saja yang sedang dibutuhkan oleh para bhikkhu pada saat itu, apakah untuk pendidikan para calon bhikkhu di luar negeri, atau untuk membantu pembangunan beberapa vihara di daerah, ataupun untuk membantu para guru agama yang bertugas di daerah dengan honor yang minim. Jadi, kalau dengan berdana berupa uang, tentu dapat lebih bisa dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan yang ada atau yang harus dipenuhi.
Sdr/i sekalian, perlu juga diketahui, bahwa dana yang akan dipersembahkan pada saat Kathi-na ini adalah bukan hanya untuk para bhikkhu tertentu saja atau hanya kepada bhikkhu yang dise-nangi ataupun hanya kepada para bhikkhu yang sering memberikan khotbah-khotbah Dhamma di vihara. Bukan, bukan hanya untuk itu saja. Tetapi, dana tersebut sesungguhnya adalah dipersembah-kan kepada Savgha. Jadi kepada Savgha. Dana tersebut dipersembahkan kepada Savgha, bukan ke-pada pribadi bhikkhu yang hadir dalam perayaan tersebut.
Sdr/i seDhamma, namun, karena terbatasnya jumlah bhikkhu yang ada di Indonesia, maka hal ini menyebabkan upacara Kathina Puja yang dilaksanakan oleh umat Buddha di Indonesia hanya bisa dihadiri oleh seorang atau dua orang bhikkhu saja. Tetapi walaupun demikian, perayaan Kathi-na tetap bisa berlangsung di vihara-vihara dan para bhikkhu juga tetap berusaha untuk hadir dalam perayaan tersebut. Di samping itu, sesungguhnya juga terdapat beberapa pilihan dalam upacara Ka-thina yang dapat dilakukan oleh umat Buddha. Upacara-upacara pilihan tersebut adalah sebagai beri-kut ini:
1. Upacara civara dana di masa Kathina
Dalam hal ini dana yang kita persembahkan adalah berupa bahan jubah atau jubah, di samping juga ada dana-dana yang lainnya kepada Savgha. Upacara ini dapat berlangsung walaupun hanya dihadiri oleh seorang bhikkhu yang mewakili Savgha.
2. Upacara dana di masa Kathina
Dalam hal ini dana yang dapat kita persembahkan berupa keperluan para bhikkhu, dengan tanpa jubah atau bahan jubah. Upacara ini dapat dilaksanakan walaupun hanya dihadiri oleh seorang atau dua orang bhikkhu.
3. Upacara Savgha dana di masa Kathina
Dalam upacara ini biasanya dihadiri oleh empat atau lima orang bhikkhu yang mewakili Savgha; dan persembahan yang dapat kita berikan adalah berupa keperluan para bhikkhu serta jubah dan bahan jubah.
Sdr/i, salah satu dari tiga pilihan upacara Kathina tersebut dapat dilakukan pada salah satu hari di masa Kathina, sehingga dengan demikian kita telah berusaha untuk melaksanakan perbuatan baik melalui berdana.
Sdr/i, selain itu, walaupun persembahan atau dana yang kita berikan mungkin tidak banyak, namun pikiran yang menyertai persembahan tersebut akan memberikan pengaruh yang sangat besar pada akibatnya. Jadi, persembahan yang diberikan hendaknya disertai dengan kehendak (cetana) yang baik, yaitu pada saat sebelum memberi dana, pada saat memberi dana, dan pada saat sesudah memberi dana. Hal ini akan dapat memberikan buah yang lebih besar daripada mereka yang membe-ri dengan tujuan atau dengan niat yang kurang baik. Namun Sdr/i sekalian, penjelasan pengertian ini bukanlah ‘iming-iming’ bagi Sdr/i yang ada di sini supaya mencari buah kamma yang sebesar-besar-nya. Bukan, bukan itu maksudnya.
Sdr/i seDhamma, setelah tadi kita mengetahui ada tiga jenis upacara dalam Kathina ini, lalu bagaimanakah sesungguhnya yang disebut dengan upacara Kathina yang sebenarnya itu? Sdr/i seka-lian, upacara Kathina yang sebenarnya, dalam arti yang sesuai dengan Vinaya, adalah upacara per-sembahan bahan jubah dan pembuatan jubah Kathina. Upacara ini hanya dapat berlangsung jika pada masa vassa berdiam lima orang bhikkhu di satu vihara. Apabila kurang dari lima bhikkhu, maka umat tidak bisa melaksanakan upacara Kathina yang sebenarnya ini. Di Indonesia, upacara Kathina Puja yang sebenarnya ini pernah dilaksanakan untuk pertama kalinya di Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya di Jakarta yaitu pada tahun 1988 dan menyusul kemudian pada tahun-tahun yang lain di beberapa tempat yang lain.
Sdr/i seDhamma yang berbahagia, namun, walaupun mungkin di daerah kita sekarang ini ti-dak bisa berlangsung upacara Kathina Puja dalam arti yang sebenarnya tersebut, tetapi kesempatan yang ada untuk berdana sebaiknya tidak kita lewatkan begitu saja. Bahkan, sampai kelak setelah ma-sa Kathina ini berakhir, kita juga hendaknya masih terus melakukan perbuatan baik dengan cara ber-dana atau dengan cara yang lainnya lagi. Jadi, kesempatan untuk berbuat baik ini tidak akan bera-khir. Ladang untuk berbuat baik cukup banyak, demikian pula cara untuk berbuat baik. Semuanya itu dapat kita kembangkan dalam kehidupan sekarang ini juga.
Sdr/i seDhamma sekalian yang berbahagia, tentunya kita semua yang berada di sini sudah siap untuk menyambut perayaan Kathina pada bulan ini, baik di vihara kita sendiri atau juga di viha-ra-vihara yang lainnya. Untuk hal ini, kami mengucapkan ‘Selamat Hari Kathina’. Semoga perbuat-an baik yang telah kita kembangkan dapat menghasilkan kebahagiaan bagi semua pihak selain juga kebahagiaan bagi diri kita sendiri. Terima kasih!
Sabbe satta bhavantu sukhitatta, semoga semua makhluk berbahagia!
Sadhu! Sadhu! Sadhu!
___________________

Sumber Acuan: dikutip dari berbagai sumber dengan gubahan seperlunya.

Dibacakan pada tanggal:
-
-
-
-
-

Tidak ada komentar: