Senin, 25 Februari 2008

32 CIRI SAMMASAMBUDDHA

BUDDHA

I. CIRI – CIRI BUDDHA
1. Kesempurnaan kebuddhaan Sammasambuddha dinyatakan langsung dengan jelas oleh Sammasambuddha sendiri, bukan dugaan atau tafsiran orang, kelompok orang, atau makhluk lain. Dalam khotbah pertama ‘Khotbah Pemutaran Roda Dhamma’ (Dhammacakkappavattana Sutta), Sutta Pitaka, Samyutta Nikaya LVI – 11, Sang Buddha Gotama menyatakan :
“Ketika pengetahuan dan pengertian Saya sebagaimana adanya (yathabhuta nanadassana) tentang Empat Kebenaran Mulia, masing-masing dalam tiga ta-hap dan dalam 12 segi pandangan telah sempurna kesuciannya; pada saat itu, o para bhikkhu, Saya nyatakan kepada dunia bersama para dewanya dan ma-ranya, kepada semua makhluk, termasuk dewa-dewa dan manusia, bahwa Sa-ya telah mencapai Penerangan Sempurna (Anuttara Sammasambodhi)”.
Pernyataan ini dipertegas lagi bahwa sebelum mencapai Penerangan Sempurna, Beliau tidak pernah menyatakan hal itu :
“Demikianlah, selama pengetahuan dan pengertian Saya sebagaimana ada-nya tentang Empat Kebenaran Mulia, masing-masing dalam tiga tahap dan da-lam 12 segi pandangan ini belum sempurna kesuciannya; demikian jauh, o pa-ra bhikkhu, Saya tidak menyatakan kepada dunia bersama para dewanya dan maranya, kepada semua makhluk, termasuk dewa-dewa dan manusia, bahwa Saya telah mencapai Penerangan Sempurna”.
2. Dalam Mahapadana Sutta, Sutta Pitaka, Digha Nikaya, Sutta XIV, Sang Buddha Gotama menyatakan sendiri bahwa Beliau adalah Sammasambuddha :
“O para bhikkhu, pada kappa yang istimewa ini pula, Saya Arahat Sammasam-buddha muncul di dunia”.
3. Dalam Mahapadana Sutta, dan juga dalam Lakkhana Sutta, Sutta Pitaka, Digha Nikaya, Sutta XXX, disebutkan 32 Tanda Istimewa Manusia Agung (Maha Purisa Lakkhana) yang dimiliki setiap Sammasambuddha sebagai berikut :
1. Telapak kaki rata (suppatitthita-pado).
2. Di telapak kaki terdapat lingkaran dengan seribu ruji, dengan bentuk lingkar dan pusat sempurna.
3. Bentuk tumit bagus (ayatapanhi).
4. Jari - jari panjang (dighanguli).
5. Tangan dan kaki : lembut dan halus (mudu-taluna).
6. Tangan dan kaki bagaikan jala (jala-hattha-pado).
7. Tulang pergelangan kaki seperti kulit kerang (ussankha-pado).
8. Kaki bagaikan kaki kijang (enijanghi).
9. Bila berdiri tanpa membungkukkan badan, dengan kedua tangan-Nya dapat menyentuh atau menggosok kedua lutut-Nya.
10. Alat kelamin terbungkus oleh selaput (kosohita-vatthaguyho).
11. Warna kulit bagaikan perunggu berwarna emas.
12. Kulit sangat licin sehingga tidak debu yang dapat melekat di tubuh-Nya.
13. Pada setiap pori-pori di kulit-Nya tumbuh sehelai bulu.
14. Rambut berwarna biru kehitan-hitaman tumbuh keriting ke atas berbentuk ling-karan kecil dengan arah berputar ke kanan.
15. Potongan tubuh yang agung (brahmujju-gatta).
16. Tujuh otot yang kuat (sattusado).
17. Dada bagaikan dada singa (sihapubbaddha-kayo).
18. Di kedua bahu tidak ada lekukan.
19. Potongan tubuh bagaikan pohon nigrodha (beringin). Tinggi tubuh-Nya sama dengan rentangan kedua tangan-Nya, begitu pula sebaliknya.
20. Bahu yang sama lebar (sama-vattakkhandho).
21. Indera perasa sangat peka (rasaggasaggi).
22. Rahang bagaikan rahang singa (sihabanu).
23. Gigi : empat puluh buah.
24. Gigi yang sama (sama-danto).
25. Gigi yang tetap (avivara-danto).
26. Gigi putih bersih.
27. Lidah panjang (pahuta-jivha).
28. Suara bagaikan suara brahma yang seperti suara burung karavika.
29. Mata biru.
30. Bulu mata bagaikan mata sapi (gopakhumo).
31. Di antara alis mata tumbuh (sehelai) rambut halus, putih bagaikan kapas yang halus.
32. Kepala bagaikan kepala berserban (unhisasiso).
4. Dalam Sutta Pitaka, Majjhima Nikaya, Mulapabbasaka, disebutkan Dasabalabana (10 Kemampuan Pandangan Terang) yang dimiliki setiap Sammasambuddha :
1. Pandangan Terang tentang kemungkinan-kemungkinan dan ketidakmungkinan (thanathananana).
2. Pandangan Terang tentang akibat-akibat karma (vipakanana).
3. Pandangan Terang tentang praktik-praktik yang membawa pada bermacam-macam alam kehidupan (sabbatthagaminipatipadanana).
4. Pandangan Terang tentang susunan unsur-unsur kehidupan (banadhatunana).
5. Pandangan Terang tentang perbedaan kecenderungan-kecenderungan (nana-dhimuttikanana).
6. Pandangan Terang tentang perkembangan kemampuan-kemampuan makhluk (indriyaparopariyattinana).
7. Pandangan Terang tentang pencapaian Jhana dan kemundurannya karena ke-kotoran-kekotoran batin (jhanasankilesadinana).
8. Pandangan Terang tentang kelahiran-kelahiran sebelumnya (pubbenivasanus-satinana).
9. Pandangan Terang tentang kelahiran dan kematian makhluk-makhluk berda-sarkan perbedaan karma mereka (cutupapatanana).
10. Pandangan Terang yang menghancurkan kekotoran-kekotoran batin untuk se-ketika dan untuk selama-lamanya (asavakkhayanana).
5. Sammasambuddha mencapai dan membabarkan pengetahuan yang tidak pernah Beliau dengar sebelumnya. Dalam Dhammacakkappavattana Sutta, pada saat membabarkan Empat Kebenaran Mulia masing-masing dalam tiga tahap, masing-masing dinyatakan sebagai berikut :
“Inilah Kebenaran Mulia tentang Dukkha. Demikianlah, o para bhikkhu, me-ngenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah saya dengar (pubbe ananussutesu) menjadi terang dan jelas ; timbullah pandangan, timbullah pe-ngetahuan, timbullah kebijaksanaan, timbullah penembusan, timbullah cahaya, … “.
6. Semua Sammasambuddha mengajarkan Dhamma yang sama. Karena itu, sebe-lum ajaran Sammasambuddha lenyap (dilupakan samasekali), tidak mungkin mun-cul Sammasambuddha baru. Dalam Dhammapada 184, 183, dan 185, yang meru-pakan Ovadapatimokkha, dinyatakan sebagai berikut :
“Kesabaran adalah praktik membina diri yang tertinggi
Nibbana adalah yang paling tinggi, demikian sabda para Buddha
Bukanlah pertapa (ia) yang merugikan orang lain
Bukanlah samana (ia) yang masih menyakiti orang lain
Tidak melakukan segala bentuk kejahatan
Senantiasa mengembangkan kebajikan
Membersihkan pikiran sendiri
Inilah ajaran para Buddha
Tidak menghina, tidak menyakiti
Mengendalikan diri sesuai dengan peraturan
Memiliki sikap madya dalam makanan
Berdiam di tempat yang sesuai
Giat mengembangkan keluhuran batin
Inilah ajaran semua Buddha”


II. MANFAAT AJARAN SAMMASAMBUDDHA
Selama ajaran Sammasambuddha yang berisi Delapan Unsur Jalan Mulia masih ada, selama itu juga masih memungkinkan tercapainya kebebasan mutlak dari penderitaan. Dalam Maha Parinibbana Sutta, Sutta Pitaka, Digha Nikaya, Sutta XVI, Sang Buddha Gotama menegaskan sebagai berikut :
“Dalam Dhamma dan Vinaya manapun juga, o Subhadda, bila tidak terdapat Delapan Unsur Jalan Mulia, maka tidak mungkin dapat ditemukan samana yang telah mencapai tingkat kesucian pertama (Sotapanna), yang kedua (Sa-kadagami), yang ketiga (Anagami), dan yang keempat (Arahat).
Tetapi, dalam Dhamma dan Vinaya manapun juga, di mana terdapat Delapan Unsur Jalan Mulia, maka di situ dapat ditemukan samana yang telah mencapai tingkat kesucian pertama, kedua, ketiga, dan keempat.
Dan, dalam Dhamma Vinaya yang Ku-ajarkan terdapat Delapan Unsur Jalan Mulia; sehingga hanya dalam Dhamma Vinaya yang Ku-ajarkan terdapat samana yang telah mencapai tingkat kesucian pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Ajaran yang diberikan oleh pertapa-pertapa lain tidak akan meng-hasilkan orang-orang suci. Maka, jika para bhikkhu hidup dengan bajik, sebenarnya dunia ini tidak akan kekurangan Arahat-Arahat!”


III. BUDDHA SETELAH BUDDHA GOTAMA
Dalam Cakkavatti Sihanada Sutta, Sutta Pitaka, Digha Nikaya, Sutta XXVI, dijelaskan bahwa karena manusia tidak lagi mempunyai Sila, mengumbar hawa nafsu, mening-galkan tugas dan kewajibannya, mengabaikan ajaran agama; maka umur maksimal kehidupan mereka menjadi semakin memendek hingga akhirnya hanya 10 tahun.
Selanjutnya, setelah masa bobrok itu, karena manusia kemudian kembali menjaga Si-la, mengendalikan diri dari hawa nafsu, memenuhi tugas dan kewajibannya, baik kepa-da keluarga maupun kepada masyarakat; maka umur maksimal kehidupan mereka se-makin bertambah panjang, hingga suatu saat mencapai 80.000 tahun. Pada waktu itu wanita menikah pada usia 500 tahun. India akan menjadi sentosa dan makmur. Kota Benares menjadi ibu kota kerajaan. Nama Benares menjadi Ketumati. Savkha adalah Cakkavatti Raja. Pada saat itulah munculnya Sammasambuddha Metteyya di India.
Selanjutnya dinyatakan sendiri oleh Sang Buddha Gotama dalam Cakkavatti Sihanada Sutta sebagai berikut :
“Pada masa itu, o para bhikkhu, akan muncul di dunia ini Sang Bhagava Met-teyya, Arahat, yang telah mencapai Penerangan Sempurna, sempurna penge-tahuan serta tindak-tanduk-Nya, sempurna menempuh Jalan, pengenal semua alam, pembimbing manusia yang tiada taranya, yang sadar, yang patut dimu-liakan, seperti Saya sekarang.
Ia, oleh dirinya sendiri, mengetahui dan melihat sepenuhnya, langsung, alam semesta ini beserta dunia para dewanya, brahmanya, dan maranya. Dan dunia samana serta brahmana, pangeran dan rakyat ; sama seperti Saya sekarang, yang oleh diri sendiri dengan sepenuhnya mengetahui dan melihat semua itu.
Dhamma yang sempurna pada awal, pada pertengahan, dan pada akhirnya, akan ia babarkan, baik dalam semangat maupun dalam ungkapan. Ditunjuk-kannya kehidupan suci (Brahmacari) yang bersih dan agung, seperti halnya Saya sekarang.
Ia akan selalu disertai ribuan bhikkhu, seperti halnya Saya sekarang yang di-sertai oleh himpunan ratusan bhikkhu”.

­­­­­­­____________________

4 komentar:

SIWA BUDDHA mengatakan...

Dear Bro Ali ;)

Saya sangat berbahagia bisa bertemu rekan se-Dhamma seperti anda.

Pengetahuan Dhamma anda sungguh luar biasa, saya banyak belajar dari anda, melalui blog ini dan komentar2 anda.

Jangan sungkan2 untuk terus berkunjung dan memberikan warta Dhamma, pembabaran dhamma di blog saya ( "RATNA KUMARA" ). Saya, kami semua, sangat membutuhkan kalyanamitta seperti anda.

Anumodana,
mettacittena,

SIWA BUDDHA mengatakan...

Namo Buddhaya ,

Brother Ali, di blog saya ada pertanyaan dari zentao.ba atas pernyataan anda sbb. :

“Dalam pelajaran Hukum Kamma disebutkan bahwa ada perbuatan yg kualitasnya besar yaitu Akusala Garuka kamma bagian ke-2 yaitu: Niyatamicchaditthi kamma yg artinya Menyebarkan pandangan salah secara sadar dan terus menerus. Orang yg melakukan hal demikian maka akan terancam terlahir kembali dalam alam Mahatapana Naraka (Neraka tingkat 7).”

Mohon anda sudi memberikan jawaban.

Mohon jangan pernah enggan untuk berbagi dhamma di blog saya.

Anumodana ;)
Mettacittena.

SIWA BUDDHA mengatakan...

Dear Rekan Ali ;)

Saya harap anda sudi membantu memberikan uraian Dhamma di blog saya (ratnakumara) atas beberapa komentar tamu yang tidak sesuai dengan Dhamma.

Saya sendiri sudah melakukannya, akan lebih baik jika anda sudi memberikan Dhammadesana disana.

Anumodana,
Mettacittena.

Ratana Kumaro.

Abinando mengatakan...

Terima salam Dhamma dari saya
Namo sanghyang adi Buddhaya
Namo Buddhaya
referensi ini sangat membantu dan informatif sangat bermanfaat bagi kita semua.
terima kasih
Namo Buddhaya