Senin, 10 Maret 2008

JENIS-JENIS MAKHLUK

JENIS-JENIS MAKHLUK

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammä Sambuddhassa (3x).
NATTHI KHANDASAMÄ DUKKHÄ.
Tiada penderitaan yang menyamai kelompok kehidupan (khandha).
Khuddakanikäya Dhammapadagäthä.

Sdr/i seDhamma sekalian yang berbahagia, setelah kita bersama-sama membaca Parit ta dan bermeditasi sejenak, maka marilah sekarang kita isi kebaktian kita ini dengan pemba-hasan dan perenungan Dhamma, yang pada hari ini berjudul ‘Jenis-jenis Makhluk Menurut Pandangan Buddha Dhamma’. Jadi sekali lagi, judul pembahasan dan perenungan Dhamma kita pada hari ini adalah ‘Jenis-jenis Makhluk Menurut Pandangan Buddha Dhamma’.
Sdr/i sekalian, bila beberapa minggu yang lalu kita sudah membahas bersama-sama tentang sesuatu yang disebut sebagai makhluk, lalu tentang ciri-cirinya, tentang darimana asalnya, dan sebagainya, yang ditinjau secara ilmu pengetahuan dan secara Buddha Dham-ma, maka pada hari ini kita akan melanjutkan pembahasan tentang jenis-jenis makhluk terse-but yang juga ditinjau dari sudut ilmu pengetahuan dan dari sudut Buddha Dhamma.
Sdr/i seDhamma, menurut pandangan ilmu pengetahuan, semua organisme hidup di-bagi dalam dua bagian besar, yaitu dunia tanaman dan dunia hewan atau yang biasa disebut dengan istilah Flora dan Fauna. Dunia tanaman ini dibagi lagi dalam beberapa kelompok be-sar (divisio) yaitu sebagai berikut:
1. Thallophyta, yaitu tanaman yang paling sederhana. Tidak mempunyai akar, batang, dan daun yang sebenarnya. Contoh dari hal ini yaitu ganggang dan jamur.
2. Briophyta, adalah kelompok tanaman dengan daun-daun yang sederhana dan mempunyai bagian-bagian yang menyerupai akar dan batang, misalnya tumbuhan lumut.
3. Pteridophyta, adalah kelompok tingkatan tanaman yang lebih maju lagi, yaitu sudah mem-punyai akar, batang, dan daun yang sebenarnya. Hanya saja cara berkembangbiaknya be-lum menggunakan biji tetapi masih dengan spora.
4. Spermatophyta, adalah kelompok tanaman yang paling maju tingkatannya, yaitu sudah berkembangbiak dengan biji dan juga mempunyai sistem perakaran yang luas untuk menyerap air dan mineral-mineral.
Demikianlah pembagian besar dalam kelompok tanaman, sedangkan dalam kelompok hewan juga terdapat pembagian besar yang demikian, yaitu hewan yang tidak mempunyai tulang punggung belakang dan yang mempunyai tulang punggung belakang. Pembagian ini pun ju-ga masih dikelompokkan lagi dari yang paling sederhana misalnya saja Protozoa atau bina-tang bersel satu sampai dengan kelompok mamalia atau binatang yang menyusui. Hanya saja hal-hal tersebut tidak dapat kami uraikan semua di sini karena kurang bermakna. Pokoknya, yang penting kita tahu bahwa di dalam dunia ilmu pengetahuan, maka yang disebut makhluk atau organisme hidup itu, juga dikelompokkan dari yang paling sederhana susunannya sam-pai yang paling tinggi tingkatannya. Sekarang, bagaimanakah dengan pengelompokan makh-luk menurut pandangan Buddha Dhamma? Apakah prinsipnya juga demikian?
Sdr/i seDhamma, ternyata pembagian makhluk menurut pandangan Buddha Dhamma prinsipnya adalah juga demikian, yaitu ada tingkatan makhluk yang paling menderita batin-nya sampai pada tingkatan makhluk yang paling sempurna batinnya. Hanya saja, perlu dike-tahui bahwa yang dimaksud makhluk menurut pandangan Buddha Dhamma ini sangat berbe-da dengan pandangan ilmu pengetahuan. Kalau menurut pandangan ilmu pengetahuan, maka yang disebut makhluk yaitu mencakup tumbuh-tumbuhan, manusia, dan hewan; sedangkan menurut pandangan Buddha Dhamma, secara umum yang disebut makhluk yaitu semua yang memiliki Pañcakkhandha atau lima kelompok kehidupan. Jadi, dalam hal ini tumbuh-tumbuhan tidak termasuk makhluk karena tumbuh-tumbuhan tidak mempunyai Pañcakkhan-dha. Dan, tentang Pañcakkhandha ini, kiranya sudah tidak perlu lagi diuraikan di sini karena sudah sangat sering kita bahas.
Sdr/i seDhamma yang berbahagia, jadi sekali lagi, yang disebut makhluk menurut pandangan Buddha Dhamma adalah terdiri dari perpaduan unsur-unsur lima kelompok kehi-dupan yang selalu berproses. Oleh sebab itu, yang terlahir di alam-alam kehidupan adalah Pañcakkhandha ini, dan yang mati di alam-alam kehidupan adalah juga Pañcakkhandha ini. Dan selanjutnya, dikatakan bahwa lima kelompok kehidupan tersebut adalah dukkha dan dukkha itulah lima kelompok kehidupan. Jadi, yang namanya makhluk adalah Pañcakkhan-dha yang masih terkena dukkha, dan apabila diringkas, maka Pañcakkhandha ini cukup dise-but sebagai Näma dan Rìpa atau batin dan jasmani. Menurut Buddha Dhamma, makhluk-makhluk yang berdiam di 31 alam kehidupan itu, secara rinci, yaitu menurut keadaan dari perkembangan batin makhluk tersebut, dibagi atau dikelompokkan dalam 12 macam. Namun Sdr/i seDhamma sekalian, sebelum kita lanjutkan dengan pembahasan dari 12 macam makh-luk ini, maka terlebih dahulu harus kita mengerti tentang keadaan batin seseorang bila ditin-jau dari segi kadar kekotoran batinnya.
Sdr/i sekalian, sebagai umat Buddha yang sudah sering ke vihara dan sudah sering belajar Dhamma, tentu kita semua sudah tahu bahwa ada 6 akar perbuatan yang terdiri dari 3 akar perbuatan jahat dan 3 akar perbuatan baik. 3 akar perbuatan jahat ini yaitu Lobha (kese-rakahan), Dosa (kebencian), dan Moha (kegelapan batin); sedangkan 3 akar perbuatan baik yaitu Alobha (tidak serakah), Adosa (tidak benci), dan Amoha (tidak bodoh atau bijaksana). Sdr/i sekalian, 6 akar perbuatan ini juga dapat kita sebut sebagai 6 hetu, yaitu 3 kusala hetu atau 3 akar yang baik dan 3 akusala hetu atau 3 akar yang tidak baik. Tetapi, untuk istilah se-lanjutnya nanti, kusala hetu cukup disebut dengan sebutan hetu saja. Jadi, yang dimaksud hetu di sini adalah kusala hetu tersebut.
Sdr/i seDhamma, hetu-hetu inilah yang membuat seseorang terlahirkan dengan kon-disi yang tidak sama. Karena, seperti telah kita ketahui, bahwa manusia ini rata-rata masih memiliki Moha di dalam diri mereka, walaupun kadar moha mereka tersebut berbeda-beda. Tetapi, selama masih ada Moha, maka Lobha dan Dosa akan tetap muncul. Ini harus kita sa-dari, bahwa selama masih ada Moha, maka Lobha dan Dosa akan tetap muncul. Sedangkan Moha ini akan tetap ada sebelum seseorang mencapai tingkat kesucian Arahat. Jadi sekali la-gi Sdr/i sekalian, hetu-hetu inilah yang bisa membuat seseorang terlahirkan dengan kondisi yang tidak sama.
Sdr/i seDhamma, seperti telah kita ketahui, bahwa kondisi pikiran seseorang sebelum kematian, adalah yang paling menentukan seseorang itu akan terlahirkan kembali di alam apa dan dalam kondisi yang bagaimana. Jadi, kondisi pikiran seseorang sebelum meninggal ini sangat penting dan harus dijaga supaya sebelum meninggal selalu berada dalam kondisi pi-kiran yang baik agar nanti dapat terlahir kembali dengan kondisi yang baik pula. Kalau pada saat-saat menjelang kematian, dalam pikiran orang itu timbul Lobha, Dosa, dan Moha, maka otomatis pada saat itu pula dalam pikirannya tidak ada Alobha, Adosa, dan Amoha yang tim-bul. Mengapa demikian? Karena, dalam satu saat atau satu moment kesadaran, hanya bisa muncul satu macam obyek pikiran. Jadi, kalau pada saat itu dalam pikiran orang tersebut timbul Lobha, Dosa, dan Moha, maka otomatis pada saat itu juga dalam pikirannya tidak akan muncul Alobha, Adosa, dan Amoha. Akibatnya, dia berada dalam keadaan yang tidak tenang, sehingga kalau dia terlahirkan kembali, maka dia disebut sebagai ‘yang dilahirkan dengan kondisi Ahetuka’, atau yang dilahirkan dengan kondisi tidak mempunyai akar yang baik, atau bisa juga disebut terlahirkan dengan tidak mempunyai hetu yang baik. Jadi, dia terlahirkan dengan tanpa hetu atau ‘Ahetuka’. Dan, orang atau makhluk yang terlahirkan da-lam kondisi seperti ini, yaitu kondisi Ahetuka, maka dia akan terlahir kembali di alam-alam rendah seperti alam neraka, setan, asura, dan binatang; atau bisa juga terlahir sebagai manu-sia cacat, baik itu cacat pisik maupun cacat mental.
Sdr/i sekalian, selanjutnya, kalau menjelang kematian, dalam pikirannya tidak mun-cul Lobha dan Dosa, tetapi masih ada Moha meskipun munculnya tidak bersama-sama de-ngan Alobha dan Adosa. Jadi sekali lagi, pokoknya tidak muncul Lobha dan Dosa, meski-pun masih ada Moha, maka dia akan terlahirkan dengan memiliki dua akar atau dua hetu yai-tu Alobha hetu dan Adosa hetu. Hal ini disebut terlahirkan dengan ‘Dvihetuka’. Dvi artinya dua dan hetu artinya akan. Nah, bila terlahirkan dalam kondisi Dvihetuka ini, dia bisa terla-hirkan sebagai manusia normal atau dewa tingkat rendah. Hanya saja, dalam kondisi demiki-an ini masih susah untuk mencapai tingkat-tingkat kesucian atau mencapai tingkat-tingkat Jhäna dalam kehidupan sekarang.
Selanjutnya lagi, Sdr/i seDhamma, kalau pikiran menjelang kematian tidak ada Lo-bha, Dosa, dan Moha; atau dapat dikatakan, pada saat itu pikirannya dalam kondisi Alobha, Adosa, dan Amoha; misalnya saja dia sadar (mengerti) tentang tidak adanya ‘roh’ atau ‘aku’ dan yang ada hanyalah Pañcakkhandha yang selalu berproses; dia memahami betul makna Anicca, dan sebagainya, maka dia dikatakan terlahirkan dengan kondisi Tihetuka atau terla-hirkan dengan tiga hetu. Bila terlahirkan dalam kondisi Tihetuka ini, maka kalau dia seka-rang berusaha dengan sungguh-sungguh, misalnya kalau dia melakukan samatha bhavana, maka dia bisa mencapai jhäna-jhäna; dan bila dia melakukan vipassana bhavana, maka dia bisa mencapai tingkat-tingkat kesucian.
Jadi Sdr/i sekalian, hendaknya sekarang kita tahu bahwa di dalam diri kita ini ada 6 hetu atau 6 akar perbuatan, yang bisa menentukan tingkatan batin kita selanjutnya. Dan, 6 hetu ini akan muncul atau akan terjadi bila dikondisikan dengan kondisi-kondisi yang tepat, dan munculnya juga selalu berganti-ganti atau susul menyusul. Tetapi, pada waktu susul me-nyusul itu, misalnya pada waktu adanya Alobha, Adosa, dan Amoha, bukan berarti lalu dia sudah tidak punya Lobha, Dosa, dan Moha lagi. Bukan demikian. Jadi, dia hanya dilahirkan dengan akan kebaikan yang kuat karena akar kejahatannya pada saat itu sedang tidak mun-cul. Sdr/i sekalian, memang, kalau sesuatu dilakukan dengan cetana yang begitu kuat, maka pada saat menjelang kematian hal itu bisa muncul atau teringat kembali, sehingga dia terlahir kan lagi sesuai dengan kondisi pikirannya pada saat menjelang kematian tersebut.
Sdr/i sekalian, setelah kita membahas tentang 6 hetu ini, maka marilah sekarang kita membahas tentang 12 macam makhluk menurut pandangan Buddha Dhamma, walaupun se-cara ringkas. Ke 12 macam makhluk ini pembagiannya ditinjau berdasarkan perkembangan batinnya. Ke 12 macam makhluk tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Dugati Ahetuka Pugala, yaitu makhluk ‘tanpa akar’ dan ‘yang menyedihkan’; misalnya makhluk neraka, setan, binatang, dan asura.
2. Sugati Ahetuka Puggala, yaitu makhluk ‘tanpa akar’ dan ‘yang menyenangkan’; misal-nya manusia cacat atau dewa tingkat rendah.
3. Dvihetuka Puggala, yaitu makhluk yang mempunyai ‘dua akar’, misalnya manusia nor-mal, dewa-dewa semua tingkat.
4. Tihetuka Puggala, yaitu makhluk yang mempunyai ‘tiga akar’.
5. Sotapatti Magga, yaitu makhluk yang mencapai ‘jalan masuk’ yang menarik hati, merupa kan orang suci tingkat pertama.
6. Sotapatti Phala, yaitu makhluk yang mempunyai ‘pahala’ yang menarik hati, merupakan orang suci tingkat kedua.
7. Sakadagami Magga, yaitu makhluk yang mencapai ‘jalan masuk’ dan lahir sekali lagi, merupakan orang suci tingkat ketiga.
8. Sakadagami Phala, yaitu makhluk yang mempunyai ‘pahala’ untuk lahir sekali lagi, meru pakan orang suci tingkat keempat.
9. Anagami Magga, yaitu makhluk yang mencapai ‘jalan masuk’ dan tidak terlahir lagi, me-rupakan orang suci tingkat kelima.
10. Anagami Phala, yaitu makhluk yang mempunyai ‘pahala’ untuk tidak terlahir lagi, meru-pakan orang suci tingkat keenam.
11. Arahatta Magga, yaitu mekhluk yang mencapai ‘jalan masuk’ kesucian, merupakan orang suci tingkat ketujuh.
12. Arahatta Phala, yaitu makhluk yang mempunyai ‘pahala’ mencapai kesucian, merupakan orang suci tingkat kedelapan.
Sdr/i seDhamma yang berbahagia, demikianlah pembahasan dan perenungan Dham-ma kita pada hari ini yaitu tentang jenis-jenis makhluk, terutama menurut pandangan Buddha Dhamma. Dan, bila di antara Sdr/i sekalian ada yang belum jelas, maka kami persilakan un-tuk mendiskusikan bersama-sama setelah selesainya kebaktian ini. Terima kasih!
Sabbe sattä bhavantu sukhitattä, semoga semua makhluk berbahagia!
Sädhu! Sädhu! Sädhu!
____________________
Buku Acuan:
-
-

Dibacakan pada tanggal:
-
-
-

Tidak ada komentar: