Senin, 10 Maret 2008

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN KEMORALAN

HUBUNGAN ANTARA MORAL DAN USIA KEHIDUPAN MANUSIA

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa (3x).

Sdr/i seDhamma yang berbahagia, setelah kita membaca Paritta dan bermeditasi sejenak, marilah sekarang kita mengarahkan perhatian dan konsentrasi kita guna mengadakan pembahasan dan perenungan Dhamma yang pada hari ini berjudul ‘Hubungan antara Moral dan Usia Kehidupan Manusia’. Sekali lagi Sdr/i, judul pembahasan dan perenungan Dhamma kita pada hari ini yaitu ‘Hubungan antara Moral dan Usia Kehidupan Manusia’.
Sdr/i sekalian, hubungan antara moral manusia dan usia kehidupan mereka ternyata sangat erat sekali. Artinya, dengan adanya kemerosotan moral maka usia kehidupan manusia menjadi semakin pendek dan rupa manusia pun kelihatannya semakin bertambah buruk. Namun, bila moral manusia baik, maka usia mereka menjadi semakin panjang dan bentuk rupa mereka juga semakin cantik atau tampan. Sdr/i, sekarang ini, usia kehidupan manusia rata-rata sudah semakin merosot terus. Walaupun sekarang ini ilmu pengetahuan sudah semakin maju dan berkembang, banyak sekali obat-obatan yang sudah ditemukan untuk menunjang kesehatan manusia, tetapi ternyata umur kehidupan manusia sekarang rata-rata hanya sekitar 80 sampai 100 tahun saja. Hal ini dapat kita amati sendiri dalam kehidupan kita di dunia ini. Jadi, nampaknya tanda-tanda akan berkurangnya usia kehidupan manusia menjadi lebih nyata sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Sang Buddha karena kemerosotan moral sudah semakin banyak kita lihat di sekitar kita sekarang ini.
Sdr/i sekalian, malapetaka terburuk yang akan datang menimpa kita nanti, sehubungan de-ngan adanya kemerosotan moral ini, yaitu bahwa manusia akan bersifat seperti binatang dan saling membunuh. Walaupun itu berarti masih beberapa generasi lagi, tetapi telah dapat kita bayangkan kejadiannya. Nah, untuk itu, tentu saja kita harus berusaha guna memperlambat atau menghambat agar peristiwa tersebut tidak terjadi. Namun Sdr/i sekalian, dapatkah kita sebagai manusia ini berbuat sesuatu untuk hal tersebut? Untuk itu, hendaknya harus selalu kita ingat sabda Sang Buddha yang berbunyi sebagai berikut:
“Setiap orang adalah pemilik dari perbuatannya sendiri; pewaris dari perbuatannya sendiri; terlahir dari perbuatannya sendiri; bersaudara dengan perbuatannya sendiri; terlindung oleh perbuatannya sendiri. Apa pun perbuatan yang dilakukannya, baik atau buruk, itulah yang akan diwarisinya”.
Dengan demikian Sdr/i, manusia dapat menentukan masa depannya, namun semua tingkah la-kunya harus diselaraskan dan diseimbangkan dengan Hukum Moral atau Hukum Kamma.
Sdr/i seDhamma yang berbahagia, hubungan erat antara segi moral spiritual dan panjang pendeknya usia kehidupan manusia, dapat kita baca dalam salah satu khotbah Sang Buddha, yaitu yang berjudul Cakkavattisihanada Sutta. Sekarang, marilah kita ikuti bersama-sama uraian dari khotbah Sang Buddha tersebut.
Para bhikkhu, kemudian para menteri, para pegawai istana, para pejabat keuangan, para pengawal dan penjaga serta orang-orang yang hidup dengan melaksanakan pem-bacaan mantera, pergi menemui raja dan berkata:”Wahai raja, rakyatmu yang raja pe-rintah berdasarkan idemu dan caramu sendiri, yang berbeda dengan cara-cara yang mereka ikuti dahulu, ternyata tidak sukses seperti yang biasa mereka capai di masa raja-raja yang terdahulu, yaitu yang melaksanakan kewajiban maharaja yang suci. Se-karang, dalam kerajaan ini ada para menteri, para pegawai istana, para pejabat keuang-an, para pengawal dan penjaga, serta orang-orang yang hidup dengan melaksanakan pembacaan mantera, kami semua ini dan yang lain-lain, memiliki pengetahuan tentang kewajiban maharaja yang suci dari Raja Cakkavatti. Apabila raja menanyakan hal itu kepada kami, maka kami akan menerangkannya”.
Para bhikkhu, kemudian raja mempersilakan para menteri dan orang-orang lainnya duduk, setelah itu raja bertanya kepada mereka tentang kewajiban maharaja yang suci dari Raja Cakkavatti. Mereka menerangkan hal itu kepada raja. Ketika raja telah men-dengar hal itu, raja memperhatikan, menjaga dan melindungi rakyatnya dengan baik, tetapi, ia tidak memberikan dana kepada orang-orang miskin. Karena tidak berdana kepada orang-orang miskin maka kemelaratan bertambah.
Para bhikkhu, demikianlah, karena dana tidak diberikan kepada orang-orang yang miskin, maka kemelaratan bertambah meluas. Karena kemelaratan bertambah, maka pencuri bertambah. Karena pencuri bertambah, maka kekerasan berkembang dengan cepat. Disebabkan karena kekerasan yang meluas, maka pembunuhan menjadi biasa. Karena pembunuhan terjadi, maka batas usia kehidupan dan kecantikan manusia menjadi berkurang. Batas usia kehidupan mereka pada masa itu adalah 80.000 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka hanyalah 40.000 tahun.
Selanjutnya, di antara orang-orang yang batas usia kehidupannya 40.000 tahun itu … ada yang telah berdusta dengan sengaja. Demikianlah, karena dana-dana tidak di-berikan kepada orang-orang yang miskin maka kemelelaratan meluas, … kemudian mencuri, … kekerasan, … pembunuhan, … hingga berdusta menjadi biasa. Karena berdusta telah menjadi biasa, maka batas usia kehidupan dan kecantikan manusia men-jadi berkurang. Batas usia kehidupan manusia pada masa itu adalah 40.000 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka hanyalah 20.000 tahun.
Selanjutnya, di antara orang-orang yang batas usia kehidupannya 20.000 tahun itu … ada yang telah menfitnah dengan sengaja. Demikianlah, karena dana-dana tidak diberikan kepada orang-orang yang miskin maka kemelelaratan meluas, … kemudian mencuri, … kekerasan, … pembunuhan, … berdusta, … hingga menfitnah menjadi biasa. Karena menfitnah telah menjadi biasa, maka batas usia kehidupan dan kecantikan manusia menjadi berkurang. Batas usia kehidupan manusia pada masa itu adalah 20.000 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka hanyalah 10.000 tahun.
Selanjutnya, di antara orang-orang yang batas usia kehidupannya 10.000 tahun itu ada yang cantik dan ada yang buruk, sehingga mereka yang berparas buruk merasa iri terhadap yang berparas cantik. Akibatnya, orang-orang yang berparas buruk ini berzi-nah dengan isteri-isteri tetangga mereka. Demikianlah, …karena perzinahan berkem-bang, maka batas usia dan kecantikan manusia menjadi berkurang. Batas usia kehidup-an manusia pada waktu itu adalah 10.000 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka hanyalah 5.000 tahun.
Pada masa kehidupan dari orang-orang yang batas usia kehidupan mereka hanya 5.000 tahun ini, telah berkembang dua hal yaitu kata-kata kasar dan membual. Karena kedua hal ini berkembang, maka batas usia kehidupan manusia menjadi berku-rang. Batas usia kehidupan manusia pada waktu itu adalah itu adalah 5.000 tahun, akan tetapi usia kehidupan anak-anak mereka ada yang hanya 2.500 tahun dan ada yang hanya 2.000 tahun.
Di antara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 2.500 tahun ini, iri hati dan dendam berkembang. Karena kedua hal ini berkembang, maka batas usia kehi-dupan dan kecantikan manusia berkurang, sehingga batas usia kehidupan manusia yang pada masa itu adalah 2.500 tahun dan 2.000 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka hanyalah 1.000 tahun.
Di antara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 1.000 tahun ini, pan-dangan sesat (micchaditthi) berkembang. Karena pandangan sesat ini berkembang, maka batas usia kehidupan dan kecantikan manusia berkurang, sehingga batas usia kehidupan yang pada masa itu adalah 1.000 tahun, akan tetapi anak-anak mereka hanyalah 500 tahun.
Di antara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 500 tahun ini, ada tiga hal yang berkembang, yaitu: berzinah dengan saudara sendiri, keserakahan, dan pe-muasan nafsu. Karena tiga hal ini berkembang, maka batas usia kehidupan dan kecantikan manusia berkurang, sehingga batas usia kehidupan manusia yang pada masa itu adalah 500 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka ada yang 250 tahun dan ada yang hanya 200 tahun.
Di antara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 250 tahun ini, hal-hal se-bagai berikut ini berkembang: kurang berbakti kepada orang tua, kurang hormat kepada para samana dan pertapa, dan kurang patuh pada pemimpin masya-rakat. Karena hal-hal ini berkembang dan meluas, maka batas usia kehidupan dan kecantikan manusia berkurang, sehingga batas usia kehidupan manusia yang pada masa itu adalah 250 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka hanyalah 100 tahun.
Para bhikkhu, akan tiba suatu masa ketika keturunan dari manusia ini akan mempu-nyai batas usia kehidupan hanya 10 tahun. Di antara orang-orang yang batas usia kehi-dupan mereka 10 tahun, umur 5 tahun bagi wanita merupakan usia perkawinan. Pada masa kehidupan orang-orang ini, makanan seperti dadi susu (ghee), mentega, minyak tila, gula, dan garam akan lenyap. Bagai mereka ini, biji-bijian kudrusa akan merupa-kan makanan yang terbaik. Seperti pada masa sekarang, nasi dan kari merupakan ma-kanan yang terbaik, begitu pula biji-bijian kudrusa bagi mereka. Pada masa orang-orang itu, sepuluh macam cara melakukan perbuatan baik akan hilang, sedangkan se-puluh macam melakukan perbuatan jahat akan berkembang dengan cepat; di antara mereka tidak ada lagi kata-kata yang menyebut tentang perbuatan baik. Siapa yang akan melakukan perbuatan baik? Di antara mereka tidak ada lagi rasa berbakti kepada orang tua, tidak ada lagi rasa menghormat kepada para samana dan pertapa, serta tidak ada lagi kepatuhan kepada para pemimpin masyarakat. Kalau seperti sekarang orang-orang masih berbakti kepada orang tua, menghormat kepada para samana dan pertapa, serta patuh kepada para pemimpin, namun pada masa orang-orang yang batas usia ke-hidupan mereka hanya 10 tahun ini, rasa berbakti, hormat, dan patuh sudah tidak ada lagi.
Para bhikkhu, di antara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 10 tahun itu, tidak akan ada lagi pikiran yang membatasi untuk kawin dengan ibu, bibi dari pi-hak ibu, bibi dari pihak ayah, bibi dari pihak ayah yang merupakan isteri dari kakak ayah atau isteri guru. Dunia akan diisi oleh cara bersetubuh dengan siapa saja, bagai-kan kambing, domba, burung, babi, anjing, dan serigala.
Di antara orang-orang ini, saling bermusuhan yang kuat akan menjadi hukum, pera-saan benci yang hebat, dendam yang kuat, serta keinginan membunuh dari ibu terha-dap anaknya, anak terhadap ibunya, ayah terhadap anaknya, anak terhadap ayahnya, kakak terhadap adiknya, adik terhadap kakaknya, dan seterusnya …. Hal ini terjadi ba-gaikan pikiran dari para olahragawan yang menghadiri pertandingan, begitulah pikiran mereka.
Para bhikkhu, bagi orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 10 tahun itu akan muncul suatu masa, yaitu munculnya pedang selama seminggu. Selama masa ini, mereka akan melihat individu lain sebagai binatang liar; pedang tajam akan nampak selalu tersedia di tangan mereka dan mereka berpikir:”Individu ini adalah binatang liar. Individu ini adalah binatang liar”. Dengan pedang mereka saling membunuh.
Sementara itu, ada orang-orang tertentu berpikir:”Sebaiknya kita jangan membu-nuh atau kita tidak membiarkan orang lain membunuh kita. Marilah kita menyembu-nyikan diri ke dalam belukar, ke dalam hutan, ke cekungan tepi sungai, ke dalam gua gunung, dan kita hidup dengan akar-akaran atau buah-buahan di hutan”. Mereka akan melaksanakan hal ini selama seminggu. Pada hari ketujuh mereka keluar dari belukar, hutan, cekungan sungai, dan gua, mereka akan saling berangkulan dan akan saling membantu dengan berkata:”O, kami masih hidup! Senang sekali melihat anda masih hidup!”
Para bhikkhu, pada orang-orang itu akan muncul keinginan sebagai berikut:”Kare-na kita melakukan cara-cara jahat, maka kita kehilangan banyak saudara. Marilah kita berbuat kebajikan-kebajikan. Sekarang, kebajikan apakah yang dapat kita lakukan? Marilah kita berusaha untuk tidak melakukan pembunuhan. Itu merupakan perbuatan baik yang dapat kita lakukan”. Akhirnya, mereka akan berusaha untuk tidak membu-nuh, hal yang baik ini mereka laksanakan terus. Karena melaksanakan kebajikan ini maka akibatnya batas usia kehidupan dan kecantikan mereka bertambah. Bagi mereka batas usia kehidupan hanya 10 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak me-reka mencapai 20 tahun.
Para bhikkhu, selanjutnya hal-hal seperti ini akan terjadi pada orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 20 tahun:”Sekarang, karena kita mengikuti dan melaksa-nakan kebajikan, maka batas usia kehidupan dan kecantikan kita bertambah. Marilah kita meningkatkan kebajikan kita. Marilah kita berusaha untuk tidak mengambil apa yang tidak diberikan, kita berusaha untuk tidak berzinah, kita berusaha untuk tidak berdusta, kita berusaha untuk tidak menfitnah, kita berusaha untuk tidak mengucapkan kata-kata kasar, kita berusaha untuk tidak membual, kita berusaha untuk tidak serakah, kita berusaha untuk tidak membenci, kita berusaha untuk tidak berpandangan sesat, ki-ta berusaha untuk tidak melakukan tiga hal berikut ini, yaitu: tidak bersetubuh dengan keluarga sendiri, tidak tamak, dan tidak memuaskan nafsu. Marilah kita berbakti kepa-da kedua orang tua kita, kita menghormat para samana dan pertapa, serta kita patuh kepada pemimpin masyarakat. Marilah kita selalu melaksanakan kebajikan-kebajikan ini".
Demikianlah, mereka akan selalu melaksanakan kebajikan-kebajikan: tidak meng-ambil apa yang tidak diberikan … berbakti kepada kedua orang tua, menghormat para samana dan pertapa, serta patuh kepada pemimpin masyarakat. Karena mereka melak-sanakan kebajikan-kebajikan itu, maka batas usia kehidupan dan kecantikan manusia bertambah, sehingga mereka yang batas usia kehidupan hanya 20 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka mencapai 40 tahun. Selanjutnya, bagi mereka yang batas usia kehidupan hanya 40 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka mencapai 80 tahun; … anak-anak mereka mencapai 160 tahun; … anak-anak mereka mencapai 320 tahun; … anak-anak mereka mencapai 640 tahun; … anak-anak mereka mencapai 2.000 tahun; … anak-anak mereka mencapai 4.000 tahun; … anak-anak mereka mencapai 8.000 tahun; … anak-anak mereka mencapai 20.000 tahun; … anak-anak mereka mencapai 40.000 tahun; dan mereka yang pada masa itu hanya ber-batas usia kehidupan 40.000 tahun, akan tetapi anak-anak mereka mencapai batas usia kehidupan 80.000 tahun.
Para bhikkhu, di antara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 80.000 ta-hun, maka usia perkawinan bagi wanita adalah pada usia 500 tahun. Pada masa orang-orang ini hanya akan ada tiga penyakit, yaitu: keinginan, lupa makan, dan ketuaan. Pada masa kehidupan orang-orang ini Jambudipa akan makmur dan jaya, desa-desa, kampung-kampung, kota-kota dan kota-kota kerajaan akan berdekatan satu dengan yang lain sehingga ayam jantan dapat terbang dari satu kota ke kota yang lain….
Para bhikkhu, pada masa kehidupan orang-orang ini, di dalam dunia akan muncul seorang Bhagava Arahat Sammasambuddha bernama Metteyya …. Dhamma kebenar-an … akan dibabarkan … kehidupan suci akan dibina dan dipaparkan dengan sempur-na … seperti yang Saya lakukan sekarang ini. Ia akan diikuti oleh beberapa ribu bhik-khu Savgha, seperti Saya sekarang ini ….
Sdr/i seDhamma sekalian, demikianlah petikan dari khotbah Sang Buddha yang berjudul Cakkavattisihanada Sutta, yang berisikan tentang hubungan antara moral dan batas usia kehi-dupan manusia. Dan mengapa hal tersebut dapat terjadi? Kami rasa Sdr/i yang ada di vihara ini dapat menjawab sendiri, dan apabila ada pertanyaan yang masih membingungkan, maka kami persilakan untuk mendiskusikan bersama-sama setelah selesainya kebaktian ini. Terima kasih!
Sabbe satta bhavantu sukhitatta, semoga semua makhluk berbahagia!
Sadhu! Sadhu! Sadhu!
__________

Dibacakan pada tanggal:
-
-
-
-
-

Tidak ada komentar: