Rabu, 09 April 2008

SAKETA JATAKA

Diterjemahkan oleh Jimmy Chandra

No. 68

SAKETA-JATAKA

"Orang yang mempercayai pikirannya."-... Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru, ketika di Anjanavana, mengenai seorang Brahmana tertentu. Tradisi mengatakan bahwa ketika yang suci dengan pengikut-pengikutnya memasuki kota Saketa, seorang Brahmana tua dari tempat itu, yang sedang berpergian keluar, menjumpai Beliau di pintu gerbang. Menjatuhkan diri pada kaki Sang Buddha, dan memeluk Beliau pada pergelangan kaki Sang Buddha, orang tua itu menangis, "Nak, apakah bukan tugas dari anak-anak untuk menghargai umur lanjut dari orang-orang tua mereka?. [309] Kenapa kamu tidak membiarkan kami melihatmu selama waktu yang panjang? Akhirnya Saya telah melihatmu, marilah, biarkan juga Ibumu melihatmu." Demikian katanya, ia membawa Sang Guru bersamanya ke rumahnya, dan di sana Sang Guru duduk di atas tempat duduk yang disediakan untuk Beliau, dengan pengikutnya-pengikutnya sekeliling Beliau. Kemudian datang istrinya Brahmana, dan ia juga menjatuhkan diri di kaki yang suci, menangis, "anak lelakiku, kemana kamu selama waktu ini? Apakah bukan tugas dari anak-anak untuk menyenangkan orang tua mereka pada usia lanjutnya?" Di sini, perempuan itu memanggil anak-anak lelaki dan anak-anak perempuannya bahwa saudaranya datang, dan membuat mereka menghormati Buddha. Dan dalam kegembiraan mereka pasangan usia lanjut itu memperlihatkan keramahan yang besar kepada tamu-tamu mereka. Setelah Beliau makan, Sang Guru menceritakan kepada orang-orang tua Sutta mengenai usia lanjut, [1] dan, ketika Beliau telah mengakhirinya, keduanya suami dan istri memenangkan hasil dari jalan kedua. Kemudian bangkit dari tempat duduk beliau, Sang Guru pergi kembali ke Abjanavana.

Berkumpul bersama di dalam Dhammasala, saudara-saudara membicarakan tentang hal ini adalah gerak hati bahwa Brahmana itu harusnya telah sangat menyadari bahwa Suddhodana adalah Ayah, dan Mahamaya Ibu dari Sang Buddha, namun tidak satupun, ia dan istrinya telah mengakui Sang Buddha sebagai anak lelaki mereka,. Dan itu dengan kerelaannya Sang Guru. Apa itu artinya semua? Mendengar pembicaraan mereka, Sang Guru berkata, "Saudara-saudara, pasangan tua itu adalah benar mengakui Saya sebagai anak lelaki mereka." Dan demikian katanya, Beliau menceritakan masa lampau ini;-

Saudara-saudara, dalam waktu lampau Brahmana ini adalah Ayah Saya dalam 500 kelahiran berturut-turut, pamanku dalam angka yang sama, dan dalam 500 lebih kakekku. Dan dalam 1500 kelahiran berturut-turut istrinya adalah masing-masing Ibuku, Bibiku, dan Nenekku. Demikian Saya membawa dalam 1500 kelahiran dengan Brahmana ini, dan dalam 1500 dengan istrinya.

Dan lagipula, setelah mengatakan 3000 kelahiran ini, Sang Guru sebagai Buddha, mengungkapkan pantun ini :-
Orang mempunyai pikirannya, dengan siapa hatinya
Merasa senang pada pandangan pertama, meletakkan kepercayaannya terhadap ia.

[310] Pelajarannya berakhir, Sang Guru memperlihatkan hubungan dan menyatukan kelahiran dengan berkata, "Brahmana ini dan istrinya adalah suami dan istri dalam semua keberadaan itu, dan Saya sebagai anak." (Catatan : lihat juga No.237)
[1] Jara-sutta dari sutta-nipata, hal.152 dari terbitan Fausboll untuk Pali Text Society.

Tidak ada komentar: