Rabu, 09 April 2008

ANABHIRATI JATAKA

Diterjemahkan oleh Jimmy Chandra

No. 65

ANAHBHIRATI-JATAKA

"Seperti jalan raya."- ... Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berdiam di Jetavana, tentang seorang upasaka lainnya lagi seperti itu sebagai yang terakhir. Orang ini ketika bertanya ia yakin pada dirinya dari kelakuan buruk istrinya, bertengkar dengannya, dan hasilanya kacau balau dan bingung hingga untuk tujuh atau delapan hari gagal dalam kehadirannya. Suatu hari ia datang ke Biara membungkuk pada yang suci dan menempati tempat duduknya. Ketika ditanyakan kenapa ia telah tidak hadir untuk tujuh atau delapan hari, ia menjawab, "tuan, istri Saya telah berkelakukan buruk, dan Saya telah menjadi sangat kesal mengenai ia, itulah Saya tidak datang." "Upasika," kata Sang Guru, "Dahulu kala yang bijaksana dan baik memberitahukan kamu jangan marah pada kenakalan yang didapat pada perempuan-perempuan, tapi untuk melindungi ketetapan hati ini, bagaimanapun juga, kamu telah melupakannya, disebabkan kelahiran kembali telah menyembunyikan itu dari kamu." Dan demikian katanya, Beliau mengatakan atas permintaan upasika itu cerita pada masa lalu ini.-

Pada suatu waktu ketika Brahmadatta sedang memerintahkan di Benares, Sang Bodhisatta adalah seorang Guru dengan reputasi yang melebar Dunia, sebagaimana kisah sebelumnya. Dan seorang muridnya, mendapatkan istrinya tidak setia, sangat sedih dengan pertemuan ini yang menyebabkan ia berdiam untuk beberapa hari, tapi suatu hari ditanya oleh gurunya apa sebabnya dari ketidak hadirannya, ia membuat suatu cerita kesalahannya yang jelas, kemudian berkata kepada gurunya, "Anakku, tdak ada milik pribadi dalam perempuan, mereka adalah umum bagi semua. [302] Dan pada saat itu orang-orang bijaksana mengetahui kelamahan mereka, tidak bergairah untuk marah menentang mereka." Dan untuk memperbaiki moral muridnya ia mengulangi pantun ini:-

Seperti jalan-jalan raya, sungai-sungai, lapangan-lapangan, penginapan-penginapan.
Atau kedai minuman, yang meluas seperti itu.
Adalah keperempuanan, dan laki-laki bijaksana tidak akan tunduk
Pada kemarahan dari kelemahan dalam sebuah perkelaminan yang begitu tersesat.

Seperti itulah perintah yang diberikan oleh Sang Bodhisatta kepada murid-muridnya pada saat itu, dan selanjutnya menjadi tidak acuh kepada apa yang dilakukan oleh perempuan-perempuan itu. Dan sebagaimana pada istrinya ia begitu berubah karena mendengar bahwa Guru itu mengetahui bagaimana keadaan mereka, bahwa ia telah menghentikan kenakalannya sejak saat itu. Demikian juga istri upasika itu, ketika ia mendengar bahwa Sang Guru mengetahui seperti apa ia, menghentikan kenakalannya sejak itu buah Pelajaran berachir, sang guru mengkotbahkan kebenaran, pada penutupan dimana upasika itu memenangkan buah dari jalan pertama. Dan Sang Guru memperlihatkan hubungan dan menyatukan kelahiran dengan berkata, "Suami istri ini adalah suami istri pada kehidupan masa yang lampau dan Saya Guru Brahmana itu."

Tidak ada komentar: